Rabu, 03 April 2013

Bertahan Karena Cinta : Bab 4

Bab 4 : Tak Seharusnya Bicara Tentang Cinta


Tok ! Tok ! Tok !

Terdengar suara pintu mulai terbuka. Entah darimana. Rendy saat ini masih sendiri. Sendiri di ruang hampa yang tak bertepi. Hanya sendiri. Gelap. Tak ada petunjuk arah yang menuntun ia pulang. Perlahan dia mulai mendengar suara, “Hai Rendy. Ini aku Dita”. Suara itu?. Suara yang tidak asing lagi baginya.

Mata yang tadinya terpejam, kini mulai terbuka. Kini Rendy telah keluar dari ruang hampa yang membelenggu dirinya. Terlihat Mami, Dita, dan.... siapa itu?. Berdiri disamping Dita, bertubuh tegap dan memakai kacamata. Sama seperti.... “Pria yang ada di Black Cafe malam itu?”, celotehnya dalam hati.

“Dita? Mami? Aku dimana ini?”, tanya Rendy dengan nada kebingunan
“Ini di Rumah Sakit, nak. Kamu udah pingsan selama tiga hari. Alhamdulillah kamu udah siuman sekarang”, ucap Mami dengan wajahnya yang penuh kekhawatiran. “Udah kamu jangan banyak gerak, ya. Kamu istirahat aja dulu.”
“Iya. Kamu istirahat dulu aja, Ren. Aku juga mau pulang kok.”, ucap Dita memotong pembicaraan. “Oh iya, aku sekalian mau ngenalin kamu dengan pacar aku, namanya Rio.”

Meskipun Dita menjelaskan semuanya dengan baik, tapi Rendy tetap saja kecewa dan terluka. Rendy hanya diam saja seolah tak terjadi apa-apa. Semuanya berlalu dengan cepat. Awal perkenalan mereka. Awal pertemuan mereka yang berakhir dengan kecewa. Ini bukan tentang happy ending ataupun bad ending, tapi semua ini tentang perasaan. Perasaan untuk mencintai, dan perasaan untuk dicintai.

Dengan pasti Dita dan Rio meninggalkan Rendy yang terbaring lemas dengan Mami disampingnya. Mereka mulai menjauh. Langkah kaki mereka pun mulai menghilang dari pendengaran. Itu yang seharusnya terjadi. Pergi dan jangan pernah kembali untuk menyakiti lagi.

Apakah cinta selalu seperti ini? Harus siap terluka? Harus siap tersakiti?