Jumat, 20 September 2013

Seminggu Setelah Kepergianmu


Untuk dirimu yang pergi mendahului kita...

Sebelum kau pergi, kau hanya lelaki biasa. Lelaki yang selalu berusaha mencoba tegar dan berusaha menutupi semua meskipun itu menyakitkan. Wajah garang mu masih tebayang-bayang dalam mimpi kita. Mimpi kita yang selalu bersama meskipun hanya sesaat. Perkenalan awal dengan mu mungkin adalah hal indah yang pernah kita lakukan bersama. Suka dan duka. Meskipun cerita kita hanya sesaat, tapi akan kita kenang untuk selamanya.

Dirimu yang dulu selalu membuat kita selalu berfikir. Berfikir tentang kebaikan mu yang tak pernah kita balas sedikit pun. Itu kamu. Memberi tanpa harus diberi.  Entah kenapa kebaikan mu selalu terbayang di benak kita semua. Kebaikan yang tulus dari dalam jiwa. Kita selalu bersama dalam canda dan tawa.

Masih kah kau ingat saat kita bersama kawan?. Shalat. Main kartu. Bersenda gurau. Menyontek. Semua kita lakukan bersama. Bersamamu hal-hal indah bisa terjadi. Kapanpun. Dimanapun. Masih teringat tajam dalam fikiran ku, ucapan yang selalu kau keluarkan saat istirahat tiba “Nggak shalat ta rek?”. Mungkin kata itu akan selalu kita kenang. Kata ajakan untuk berdoa pada Sang Pencipta.

Apa yang bisa aku perbuat untuk melupakanmu?.
Tak akan pernah bisa. Masih tajam ingatan tentang mu kawan. Mungkin tak pernah bisa kita lupakan semua tentang dirimu yang selalu membuat kita menangis untuk mengingat masa itu. Masa disaat kita selalu bersama. Masa disaat kita selalu tertawa. Kini hanya tangisan yang hanya bisa kita lakukan. Mengeruk dalam-dalam semua ingatan.

Kau pergi dengan sekejap. Kau pergi tanpa ada kata perpisahan. Kau pergi meninggalkan semua ingatan indah saat kita bersama. Tak pernah kita berfikir dirimu akan pergi secepat ini, pergi meninggalkan kita semua. Tangisan tak lagi bisa dibendung. Air mata dingin terus mengalir untuk mu kawan. Duka mendalam mengiringi kepergian mu. Sebelumnya kita dekat, tapi kini kita jauh. Tapi.. Hati kita selalu menjadi satu. Menyatu dalam tangisan tentang mu.

Kini belum seminggu setelah kepergian mu. Air mata terus mengalir kapan pun disaat mengingat semua tentang mu. Aliran ini layaknya hidup kita. Terus mengalir dan tak pernah tahu kapan dan dimana ujungnya berada, yang hanya bisa kita lakukan hanya berdoa pada Sang Khalik dan menunggu kita dijemput oleh-Nya. Kata terakhir yang kau ucapkan saat di jejaring sosial sangat tak terduga. “Tunggu di akhirat”.

Mungkin ini sudah ketentuan dari-Nya. Doa kita selalu mengiringi mu kawan. Kau selalu ada disetiap doa kita setelah shalat. Kau selalu ada di hati kita semua. Kebaikan mu akan menjadi selimut mimpi di malam hari. Tawa mu akan menjadi pengisi suara hati yang kosong tanpa adanya dirimu.

Selamat jalan kawan..

Kami selalu mendoakan mu disini. XIPA2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar