Jumat, 13 Desember 2013

Bertahan Karena Cinta : Bab 8



Bab 8 : Masa Lalu Tentangnya

Hari ini matahari bersinar cukup terang. Daun-Daun juga mulai berguguran. Menandakan musim kemarau sudah datang. Seiring dengan matahari yang semakin terik, suasana di dalam rumah juga semakin panas. Banyak barang berserakan dimana-mana. Semua AC menyala, berharap bisa menahan panasnya terik matahari. Hari ini keadaan rumah terlihat sepi. Semua berada di dalam kamar masing-masing dengan kegiatannya sendiri. Sungguh suasana hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya.

Jam masih mengarah di angka dua belas. Matahari tepat berada di atas kepala. Sangat panas. Siang ini Rendy tak mau melakukan kegiatan seperti biasanya, Dia hanya ingin berdiam diri di kamar dengan AC yang terus menyala sepanjang hari, sebelum telefon genggam Rendy berbunyi. Tertulis nama “Tiara”. Tanpa ragu Rendy menerima panggilan itu.

Tidak lama setelah menerima panggilan itu, Rendy bergegas pergi meninggalkan rumah untuk menemui Tiara. Dengan motor bututnya itu Rendy segera menjemput wanita yang selalu ia bayangkan wajahnya setiap hari. Tiara. Dari kejauhan terlihat Tiara yang sedang berdiri dengan tas kecil yang bergelantungan ditangannya. Wajahnya terlihat segar di siang hari yang panas, senyumnya mampu mendinginkan suasana, dan tatapan matanya tajam mengarah ke Rendy di ujung jalan.

Mereka berdua bersama untuk pertama kalinya. Mengarungi jalan raya yang penuh dengan cerita. Bersama mereka datang karena cinta. Sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam, tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Mulut mereka seakan membisu. Detak ja
ntung mereka semakin cepat. Mungkinkah ini Cinta?. Masih belum. Semuanya butuh waktu dan perasaan untuk menjawab semua keraguan hati.

Perlahan Rendy memarkirkan motornya di depan kafe. Kafe yang selalu ada disetiap cerita Rendy, entah itu suka maupun duka. “Meja pojok sebelah rak buku”. Ya. Itu tempat dimana Rendy selalu menikmati setiap cerita yang ada di kafe ini. Tak jarang juga dia membuka lembaran demi lembaran buku yang tertata rapi di rak buku yang ada di sebelah meja Rendy. Semuanya berlalu begitu cepat. Dita. Mami. Lalu kini Tiara. Berharap kali ini akan berakhir lebih indah dari sebelumnya.

*****

Hari mulai beranjak malam. Sang bulan datang menggantikan sang mentari. Bintang-bintang mulai menunjukkan sinarnya di angkasa raya. Begitu juga dengan Rendy. Dia mulai menunjukkan ketertarikannya pada Tiara. Perlahan lebih dekat dari sebelumnya. Mulai merasakan getaran cinta saat berdua bersamanya.

Malam ini mereka diterangi dengan lampu taman yang malu mengeluarkan cahayanya di malam yang indah ini. Seakan dunia hanya milik mereka berdua. Bercengkrama diiringi dengan nyanyian unik pengamen diujung jalan sana. Malam ini terasa berbeda dari sebelumnya. Hanya Rendy dan Tiara.

Mereka hanya duduk terdiam di salah satu bangku di taman yang sudah tertata rapi. Perlahan Tiara membuka pembicaraan, “Hmm.. Rendy, makasih ya udah mau nemenin aku sampai selarut ini”. “Iya sama-sama, aku juga seneng banget udah nemenin kamu seharian ini”, sahut Rendy. “Jadi inget waktu dulu aku sama pacar ku disini berduaan sampai larut malam. Pas banget hari itu hujan, jadi bisa lebih deket dipelukannya. Bisa dibilang dia itu mantan ku yang terindah”, ucap Tiara. Kata itu perlahan membuat Rendy tersakiti. Mengerti bahwa Tiara masih mengingat seseorang yang pernah ia cintai.

Sedikit demi sedikit Tiara mengucapkan kata-kata yang membuat hati Rendy terluka. Tersayat dua buah mata pisau tajam yang siap menghujam kapan pun Ia suka. Semuanya menghilang. Harapan. Kebahagiaan. Dan pastinya, cinta. Rendy tak menyangka Tiara akan seperti ini. Semuanya terlihat indah pada awalnya, tidak sampai malam ini. Malam dimana Rendy sangat tersakiti. Mencoba menahan luka yang tak pasti kapan akan berhenti.

Malam itu Rendy tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya terdiam dan menahan luka dalam dihatinya. Jalan di Surabaya terlihat lengang. Hanya sedikit kendaraan yang berlalu lalang, mungkin juga ini sudah terlalu larut malam. Tak ada kata yang bisa Rendy keluarkan saat perjalanan pulang. Hanya terdengar suara roda yang melindas aspal dan suara mesin bersautan. Entah apa yang dirasakan Tiara saat ini. Yang jelas Rendy sangat tersakiti.

Motor Rendy mulai terhenti saat pintu pagar rumah Tiara terlihat dari kejauhan. “Udah kamu turun disini aja, maaf nggak bisa antar sampai depan rumah kamu. Udah larut malam.”, ucap Rendy. Belum sempat Tiara berbicara, motor Rendy berbunyi lagi dan mulai meninggalkan Tiara sendiri.

Sejak malam itu komunikasi mereka terputus. Tak ada pesan singkat ataupun telefon dari Rendy. Tiara cemas akan hal ini. Dia mulai tersadar hal ini kenapa bisa terjadi. Dia perlahan membuka handphone yang digenggamnya dan mulai menelfon Rendy saat itu juga. Dia menunggu dan menunggu. Memang sulit untuk menunggu jawaban yang tak pasti. Sampai pada akhirnya ada seseorang yang menjawab telefon itu. “Siapa, ya?”, terdengar jelas suara itu, suara wanita entah siapa. Siapa wanita itu?. Dengan cepat Tiara menutup pembicaraan itu dan berharap wanita dibalik pembicaraan itu tak mengetahui siapa yang menelfon Rendy.

Siapa wanita itu? Apakah dia pengganti Tiara? Entah lah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar