Sabtu, 17 November 2012

Kesetiaan Itu Butuh Kenyamanan




Hallo guys, balik lagi nih setelah sekian lama gue gak nulis karena otak gue baru aja selesai service gara-gara PR yang menumpuk di rumah buat nakutin tikus. Sering banget teman-teman gue tanyak tentang cerita gue selanjutnya “ndre, gak nulis cerita lagi ta ?” atau “ndre, masih jomblo ?” (lho ?). Ada dua kemungkinan kenapa dua pertanyaan tadi menghampiri gue, 1) senang baca cerita gue yang aneh, 2) buat bahan ejekan disekolah seolah gue adalah orang paling bodoh di sekolah favorit.

Kali ini gue kembali nulis dengan keadaan gembira dan terakhir gue pastiin kalau gue (tetap) cowok dan gak pengen berubah. Hal ini dikarenakan gue udah punya pacar yang insyaallah setia dan selalu ada buat gue (bukan pembantu pastinya...). Sebelum pacaran dengan cewek gue sekarang, sekitar 3 minggu lalu gue baru aja putus dengan pacar gue yang sebelumnya, ada beberapa alasan, salah satunya adalah karena lama-kelamaan gue udah ngerasa gak nyaman dengan (mantan) pacar gue itu.

Bicara tentang “kenyamanan”, gue punya sebuah jam tangan yang udah gue pakai selama kurang lebih 3 tahun kebelakang (pastinya), saking nyamannya gue dengan jam itu
, waktu gue pergi kemana-mana pasti ada jam tangan gue itu. Suatu saat jam itu rusak dan gak bisa diperbaiki lagi, beberapa hari kemudian gue galau dan meratapi nasib gue karena kehilangan sebuah jam tangan bagaikan seorang ibu yang yang kehilangan anaknya ataupun seseorang yang mencari Bang Toyib selama 3 kali puasa (lho ?).

Seminggu kemudian entah mengapa orang tua gue membelikan lagi sebuah jam tangan buat gue, ada dua hal yang waktu itu gue ingin lakukan 1) bilang “terimakasih” dan memberikan senyuman ‘manis’, 2) tertawa keras bagaikan iblis “HAHAHAHAHA !!!!” dan memakan adik gue dalam satu gigitan. Berhubung gue anak yang sopan dan dalam keadaan kenyang maka gue berterimakasih ke orang tua gue yang paling bisa ngertiin gue, selain pacar dan abang-abang mekdi. Tapi baru beberapa hari gue pake jam baru itu, gue malah gak nyaman dan menginginkan jam gue yang dulu balik lagi. Mungkin ini yang namanya kenyamanan, disaat gue udah ngarasa nyaman maka gue ngerasa kalau barang itu gak bisa tergantikan buat gue.

Menurut gue : Kenyamanan adalah sesuatu yang gak bisa dibeli maupun dipaksakan, kenyamanan adalah keadaan dimana kita udah merasa sangat dekat dan gak pengen pergi menjauh, Semakin lama kita nyaman dengan barang ataupun seseorang itu kita akan menyayanginya dengan setulus hati dan tanpa paksaan, dan disitulah terjadi sebuah kesetiaan terhadap suatu barang ataupun seseorang yang kita cintai.

Begitu juga dengan pacaran gue yang sekarang, percaya atau tidak dia adalah adek kelas gue sendiri. Sebelum gue pacaran sama dia, gue udah mulai ngerasa nyaman dengan dia karena perhatian yang dia kasih ke gue. Lama-kelamaan dia menunjukkan sikap yang positif ke gue dengan memberikan perhatiannya maupun kasih sayangnya waktu itu. Setelah gue putus dengan pacar gue yang sebelumnya, adek kelas gue ini datang bagaikan seorang bidadari yang jatuh ke bumi untuk memberikan perhatian dan kasih sayang ke gue dengan setulus hati #sungguh puitis...

Setelah menunggu waktu yang tepat, gue memutuskan untuk menembaknya menggunakan AK-47 yang saat itu siap gue gunakan (ya gak lah). Gue langsung aja mengatakan kalau sebenarnya gue udah mulai sayang dan nyaman saat dengannya, kemudian gue bilang “mau gak jadi pacar aku ?”, langsung aja dia jawab “iya” yang menandakan kita udah pacaran. Akhirnya setelah 7 bulan menjomblo gue mendapatkan pasangan yang tulus mencintai gue apa adanya dan memberikan kenyamanan yang sangat berarti buat gue (hahaha).

1 komentar: