Kamis, 02 Mei 2013

Bertahan Karena Cinta : Bab 5


Bab 5 : Kenapa Harus Terjadi?

Semuanya berubah. Semuanya berubah sebelum Dita datang ke kehidupan Rendy. Kini Rendy lebih sering murung daripada tertawa. Lebih sering berdiam diri di dalam kamar. Tidak jarang temannya mengajak untuk keluar hanya sekedar mencari makan atau hang-out bersama. Bagas yang biasa membuat lelucon pun masih belum bisa membuat Rendy tersenyum. Senyuman yang terlihat saat Rendy melihat Dita dari kejauhan. Senyum yang kini berganti dengan sakit hati.

Sedalam itu kah sakit hati yang Rendy rasakan?

Hari ini semuanya berjalan seperti biasa. Berangkat kuliah dengan sepeda motor butut yang selalu menemaninya kemana-mana. Sepulang kuliah, Rendy menyempatkan waktu bersama teman-temannya, berusaha untuk menghibur diri sendiri. Semuanya tidak semudah apa yang ia kira. Membuat senyuman bahagia dan tulus dari hati. Rendy merasa semuanya sia-sia, dia melangkahkan kakinya ke kantin yang tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Berjalan dengan membungkukkan badan. Tidak ada semangat. Terlintas dipikirannya orang yang tidak pernah ia harapkan untuk kembali lagi. Dita.

Kantin ini adalah tempat pertama kali Rendy melihat Dita. Pertama kali ia jatuh cinta. Setiap Rendy ke kantin, entah mengapa dia selalu duduk di tempat yang sama. Selalu membeli makanan yang sama, bakso seharga lima ribu rupiah. Mungkin itu yang membuat ia terlalu sulit untuk melupakan Dita. Kenangan lama seakan terulang kembali dan selalu kembali untuk kesekian kalinya.

Baru saja Rendy memakan satu pentol dari mangkuknya, Dita sudah datang membawa pacar yang ia bangga-banggakan. Rio. Memang semenjak Dita berpacaran dengan Rio, hidup Dita menjadi lebih bahagia. Selain itu mereka tak jarang menjadi bahan pembicaraan mahasiswa ataupun mahasiswi lain. Ternyata selain kaya, keluarga Rio terkadang melakukan korupsi untuk mendapatkan kemewahan yang keluarga Rio kini rasakan. Tentu Dita tidak percaya dan masih saja tetap mencintai Rio. Entah karena apa, apakah karena cinta? Atau karena harta?.

*****

Sadar diri. Itu kata yang mampu membuat Rendy sering merenung. Kata yang membuat dia sedikit tidak percaya diri. Coba saja lihat Rendy. Pria tinggi. Menggunakan kacamata. Mempunyai jenggot tipis di dagunya. Sepeda motor butut. Uang pas-pasan. Apa yang bisa ia banggakan di depan semua perempuan?. Ia hanya berserah diri kepada Tuhan dengan semua apa yang dimilikinya, meskipun ia sampai sekarang masih belum bisa menemukan tambatan hatinya.
           
 Seperti biasa, sepulang kuliah Rendy bercengkrama dengan sahabatnya terlebih dahulu. Tubuhnya yang tinggi membuat dia terlihat mencolok diantara semua teman-temannya. Membuat dia canggung untuk berdiri, karena itu dia lebih sering duduk daripada harus memperlihatkan badannya yang tinggi itu.

“Hai Rendy”, ucap seorang perempuan dengan menepuk tangannya ke pundak Rendy. “Gimana nih keadaanya?”
“Oh kamu. Biasa aja”
“Kok cuek gitu sih? Ada yang salah ya?”, ucapnya tanpa pernah merasa bersalah.
“Ada yang salah kamu bilang? Kamu nggak pernah nyadar ya, Dit?”, ucapan yang membuat hati Rendy merasa bersalah terhadap apa yang ia lakukan pada Dita. “Udah urusin pacar mu sana. Pergi jauh-jauh.”.

Dengan cepat Rendy meninggalkan Dita sendiri. Mencoba melupakan masa lalu yang kelam saat bersamanya. Mencoba melupakan semuanya. Semua tentang Dita. Berlari seiring berjalannya waktu yang terus beputar mengikuti jarum jam. Seiring dengan Bulan yang mengelilingi Bumi. Seiring dengan Bumi yang mengelilingi Matahari, tanpa ada yang mengetahui kapan semua itu akan berhenti.

 Siang itu, Rendy hanya duduk sendirian di kafe yang tepat berada di depan Kampusnya. Biasanya dia tidak sendiri, tapi kali ini Rendy benar-benar hanya ingin sendiri. Rendy mencoba merenungi semua yang telah terjadi. Sejak awal perkenalan, sampai sakit yang tak tertahankan. Semuanya begitu cepat.

Apakah cinta datang secepat itu?

*****

Malam pun tiba. Malam bertabur bintang dengan Bulan sebagai pusatnya. Seperti bunga yang bermekaran. Malam dimana semuanya terlihat kosong, tanpa ada asap dan kicauan manusia-manusia egois yang selalu ingin mendahului.

Malam yang semula terlihat seperti biasanya. Aurel dengan tugasnya. Tapi... Mami? Mami malam ini lebih memilih menyendiri. Sebelum memasuki kamar, wajah Mami terlihat pucat, senyumnya yang selalu mengembang di bibir kini menghilang. Apa yang sebenarnya terjadi?. Rendy yang saat itu berjalan melewati kamar tidur Mami, tidak sengaja melihat setitik darah yang mengarah ke kamar Mami. Dengan semua keheranan yang Rendy rasakan, ia perlahan mulai membuka pintu kamar Mami.

Betapa terkejutnya Rendy saat melihat darah yang mengalir keluar dari hidung Mami, tubuh Mami terlihat kaku dengan raut muka beliau yang sangat pucat. Mami tak mampu berkata, beliau hanya bisa menggenggam tangan Rendy dengan erat untuk mendapatkan perhatian dari Rendy. Bingung dengan apa yang harus ia lakukan, Rendy segera berteriak memanggil Aurel dengan keras sehingga suaranya terdengar ke seluruh penjuru rumah.

Dengan cepat Aurel menuju kamar Mami dan melihat Mami dalam keadaan yang berbeda dari sebelumnya. Ia sangat terkejut. Rendy segera mengambil telefon yang ada didekatnya dan memanggil ambulans untuk segera datang.

Malam yang indah seketika berubah menjadi kelam. Semuanya berlarian tak tentu arah, tak ada yang diam. Semuanya yang ada di rumah hanya mampu mengeluarkan air mata tanpa ada sepatah kata yang muncul dari mulut mereka. Ambulans yang mereka tunggu akhirnya tiba. Dengan hati yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi malam ini, Rendy terus berjalan kemana Mami akan dibawa. Kekhawatiran yang sebelumnya pernah ia rasakan. Iya, saat dulu ia terluka. Kini semuanya kembali terulang. Apakah semua ini takdir? Kenapa Tuhan tega melakukan semua ini? Kenapa?!. Kali ini Rendy benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Semua doa dan ucapannya tidak didengar Tuhan. Pantaskah Tuhan disalahkan atas semua ini?

Semuanya terjadi begitu saja. Kenapa Tuhan bisa tega melakukan semua ini? Apa Tuhan sengaja melakukan semua?. Hal yang tidak pernah Rendy lakukan sebelumnya. Ia merasa Tuhan sudah tidak berpihak kepadanya. Ia merasa sangat kehilangan arah. Tuhan.. kemana Engkau? Apakah ini takdir? Kenapa Engkau lakukan semua ini? Apakah hamba-Mu ini sehina itu dengan-Mu?. Hanya kata itu yang mampu keluar dari pikirannya.

Kenapa semua ini harus terjadi? Kenapa harus Mami?

2 komentar: