Jumat, 31 Mei 2013

Bertahan Karena Cinta : Bab 6



Bab 6 : Kabar Sedih Dari Aurel

Hujan yang semalam turun membuat ruangan ini terasa lebih dingin. Ruangan kecil yang berisi tempat tidur, televisi dan berbagai macam obat yang diperlukan. Sering kali tercium bau obat yang menyengat hidung. Tempat yang dulu pernah dipakai Rendy. Iya dulu. Disaat dia terluka. Kali ini berbeda. Mami yang harus berbaring di kasur tipis yang hanya memiliki satu bantal untuk tidur. Keadaan yang berbeda dari apa yang Mami rasakan sebelumnya.

Masih teringat di benak Rendy. Malam itu. Malam disaat semuanya tenang. Malam yang saat itu awalnya terlihat indah. Semuanya hilang dalam sekejap saat memasuki kamar Mami. Wajah yang tadinya ceria, kini menjadi pucat dengan darah yang terus mengalir.

Sampai pagi ini Mami masih belum sadar. Aurel dan Rendy juga masih mencemaskan keadaan Mami yang terlihat semakin memburuk. Saat Aurel berjaga sendirian di depan ruangan Mami, datang seorang Dokter yang mengajak Aurel untuk keruangannya. Di ruangan sempit dan bersih itu, Dokter menjelaskan semua penyakit Mami. Saat Aurel mulai menerima dan membaca keterangan penyakit dari Dokter, Aurel langsung terkejut dan masih tidak percaya dengan semua penyakit Mami. Jantung lemah, penyakit hati dan paling menyeramkan yaitu Kanker.

Dokter yang saat itu masih duduk di depan Aurel, mengatakan bahwa nyawa Mami tinggal sebentar lagi. “Orang tua anda dinyatakan positif terjangkit Kanker, mungkin hanya bertahan selama dua sampai tiga minggu lagi, bahkan bisa lebih cepat. Saya minta maaf”, ucap Dokter muda itu. “Apa, dok? Tiga minggu? Enggak.. enggak. Mami masih bisa bertahan, dok. Tolong

lakukan semuanya demi Mami saya dok!”, teriak Aurel yang masih belum bisa percaya dengan semua apa yang terjadi. “Iya sudah. Kami sudah melakukan semua apa yang kami bisa, tapi takdir berkata lain.”.

Sedikit demi sedikit air mata Aurel mengalir. Mengalir membasahi pipi sampai dagunya. Keterangan Dokter yang ia terima tadi langsung ia simpan baik-baik, berharap Mami tidak mengetahui semua ini dan berharap Mami tidak akan pergi.

Aurel masih belum bisa menenangkan keadaannya yang kacau balau. Dia hanya bisa melihat Mami dari jendela ruangan Mami dirawat. Sekuat tenaga dia menyembunyikan semuanya dari Mami. Saat Mami tertidur, saat itulah Aurel memikirkan hal yang tak seharusnya ia pikirkan. Ia masih sangat khawatir dengan Mami.

Mungkin ini semua berawal sejak saat itu. Iya, saat itu. Saat dimana semua khawatir melihat Mami. Mami yang saat itu sulit sekali untuk bernafas. Setelah pulang dari olahraga pagi. Mungkin sejak saat itu Mami mulai terjangkit penyakit ini, atau sebelum semua ini berawal. Semuanya sudah terlambat, penyakit Mami menjadi lebih parah dari sebelumnya. Penyakit yang dikira hanya penyakit biasa, kini menjadi penyakit yang mampu merenggut jiwa.

*****

Jam menunjukkan pukul dua pagi. Tepat dua minggu setelah kejadian malam itu. Semuanya masih terlelap dalam tidurnya. Bermimpi sesuatu yang indah. Awalnya semua terlihat seperti biasa, tapi ini adalah awal dari segalanya.

Saat itu hanya ada Aurel yang menemani Mami. Entah mengapa malam ini Aurel sangat sulit memejamkan kedua matanya. Angin bertiup kencang dari luar. Lampu yang biasanya menyala dengan terang, kini mulai redup terkikis oleh waktu.

Malam itu Mami terbangun dari tidurnya, mengatakan beberapa hal untuk Aurel anaknya. “Tolong belikan Mami kain yang ada di depan rumah sakit ya, Aurel?” ucap Mami sekuat tenaga. “Buat apa kain, Mami?” tanya Aurel kebingungan. “Udah kamu beli saja, sekalian Mami titip salam buat Rendy”. Seketika jantung Aurel berdegup dengan kencang mendengar apa yang barusan Mami katakan. Seakan tidak mau mengecewakan Mami, Aurel mulai melangkahkan kakinya keluar ruangan untuk membeli kain yang di pesan Mami.

Baru saja melangkah keluar dari Rumah Sakit, Aurel lupa menanyakan warna apa kain yang Mami inginkan. Dengan pasti ia kembali ke ruangan Mami. Langkahnya semakin cepat seiring dengan kekhawatiran yang belum pernah ia rasakan.

Saat memasuki ruangan. Tangisan Aurel pecah ke seluruh penjuru ruangan. Mengabarkan berita duka. Duka kehilangan seseorang yang di cinta. Dia hanya bisa menangis disaat Dokter dan perawat menutup tubuh Mami dengan kain kafan. Kain?. Apa ini kain yang Mami maksud?. Mungkin ini yang Mami maksud dengan kain. Semuanya sudah terlambat. Seharusnya Aurel tahu tentang ini sebelumnya sehingga ia bisa menjaga Mami untuk seterusnya dan hal ini tidak akan pernah terjadi. “Mami! Jangan tinggalin kita sendirian! Kami masih butuh Mami!” ucap Aurel dengan mengeluarkan air mata yang terus-menerus membasahi pipinya. Air mata kesedihan dan kehilangan. Air mata yang menceritakan beribu cerita. Cerita suka maupun duka. Tetap bersama.

“Mami titip salam buat Rendy”. Kata terakhir dari Mami

*****

Sudah dua hari Rendy tidak terlihat. Tidak seperti biasanya dia seperti ini. Dia juga belum tentang semua ini. Tentang Mami. Entah dia pergi kemana, yang pasti Aurel akan tetap menanti. Menanti kedatangan Rendy yang mungkin sangat sulit untuk menerima keadaan seperti ini.

Jam mununjukkan pukul empat sore. Aurel langsung menancap gas menuju ke kafe depan universitas Rendy sekarang. Biasanya pada jam seperti ini, Rendy sedang menikmati secangkir kopi dan menikmati kesendiriaannya. Sesampainya di kedai kopi, Aurel langsung menajamkan penglihatannya untuk menemukan orang yang dia cari. Setelah berjalan beberapa langkah dari tempatnya semula, dia akhirnya berhasil menemukan Rendy.

“Ren, kamu kemana aja? Udah dua hari kamu gak ngasih kabar ke aku”, ucap Aurel yang masih khawatir.

 “Aku menginap di rumah teman ku, Rel. Maaf ya”, jawab Rendy.

“Hmm.. kamu udah tahu belum kabar tentang Mami?”, ucap Aurel perlahan.

“Mami? Emang Mami kenapa? Oh iya, aku lupa belum sempat jenguk Mami. Udah aku kesana dulu ya”

“Tunggu Rendy”, ucap Aurel dengan memegang tangan Rendy yang saat itu sedang terburu-buru.

“Ada apa lagi, Aurel?”

“Hmm.. Kamu nggak perlu jenguk Mami lagi. Kamu hanya perlu mendoakannya”, ucap Aurel perlahan. “Dua hari yang lalu Mami meninggal, Ren. Di kamarnya. Mami menderita penyakit yang sangat ganas. Kanker.”

“Serius? Kenapa harus terjadi lagi hal seperti ini? Kenapa, Rel? Aku udah menderita karena Dita. Sekarang? Sekarang malah Mami yang ninggalin kita buat selamanya. Kenapa, Rel? Kenapa harus kita?”, ucap Rendy dengan keras sehingga mengganggu pengunjung yang lain. “Okey. Sekarang juga antar aku ke makam Mami. Aku punya salah banyak banget ke Mami.”

“Iya, Ren”, ucap Aurel seraya membersihkan air mata yang keluar membasahi pipinya.

Ini bukan akhir dari segalanya. Hanya Mami yang meninggalkan kita. Meninggalkan dunia dan kembali kepada-Nya. Semua manusia pasti mengalami hal yang sama. Hanya bisa berdoa atas semua dosa.

Selamat jalan Mami. Semoga Engkau diterima di sisi-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar